Dosen Unsrat ini Sebut Kondisi Mangrove di Sulut Butuh Dukungan

Kawasan Hutan Mangrove di Manado.

MANADO, 26 JULI 2022 – Pemerintah, masyarakat dan komunitas atau organisasi yang ada Nyiur melambai harus terus bergandeng tangan, menjaga serta melindungi kawasan pesisir dan laut, melalui berbagai aksi aksi lingkungan, termasuk melakukan penanaman bibit Mangrove.

 

Bacaan Lainnya

Pasalnya, hutan Mangrove memiliki peran penting di ekosistem pesisir dan kelautan di Sulawesi utara (Sulut). Menurut, peneliti Mangrove dan ekosistem bawah laut lulusan S3 Program Studi pengelolaan sumber daya pesisir dan lautan, di Institut Pertanian Bogor (IPB), Dr Joshian Nicolas William Schaduw SIK MSi, kondisi Mangrove di Sulut, secara keseluruhan, terlihat stabil dalam rentan waktu 10 tahun ini.

 

Dr Joshian Nicolas William Schaduw SIK MSi.

Kegiatan lingkungan seiring waktu, yang makin banyak dan sering dilakukan di kawasan pesisir Sulut, terutama kegiatan penanaman bibit Mangrove oleh Pemerintah, TNI/Polri, komunitas, LSM, maupun CSR dari industri, dituturkannya ikut mendorong kelestarian kawasan Mangrove yang telah ada, serta manambah jumlah luasan wilayah.

 

“Untuk itu, keterlibatan pemerintah dan masyarakat serta kelompok lainnya, harus makin erat, karena semakin banyak penanamana Mangrove, maka ini akan membantu bumi menghadapi climate change,” kata staf pengajar di Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado, melalui selularnya pada MANADONES sore tadi.

 

Hasil penelitiannya pun, menyebut Sulut memiliki 30 spesies Mangrove yang tersebar di 15 kabupaten Kota. Makin maraknya, gaung Desa Wisata dengan mengedepankan hutan Mangrove sebagai kawasan wisata, ini juga satu kegiatan sosialisasi yang berguna, untuk kelestarian area rumah ikan ini.

 

“Peningkatan keterlibatan masyarakat dalam kegiatan konservasi Mangrove. Baik, pembibitan dan penanaman, secara tidak lansung akan berdampak terhadap peningkatan ekonomi, masyarakat sekitarnya. Sangat penting, pengenalan fungsi ekosistem Mangrove dilakukan sejak usia dini seperti dari TK dan SD, serta melalui kegiatan kerohanian atau pemuka agama” ungkapnya.

 

Dari, hitungan melalui penelitianya dan tim, selama beberapa tahun ini, luasan Mangrove Sulut mencapai angka 11.766  Ha. “Melalui Hari Mangrove se Dunia, yang jatuh pada tanggal 26 Juli ini, saya harapa masyarat dan pemerintah makin paham dengan pentingnya ekosistem pesisir dan kelautan dijaga,” tambah pemilik sertifikat selam tiga bintang ini.

 

Dia pun mengungkap, kawasan Minut, sebagai kawasan penyebaran Mangrove terbesar di Sulut, untuk saat ini. Sementara, untuk kawasan unggulan di Manado, Pulau Bunaken memiliki lima jenis mangrove yaitu Soneratia alba, Avicennia marina, Xylocarpus granatum, Rhizophora apiculata, dan Bruguiera gymnorrhiza, yang terbagi dalam empat family yaitu Sonneratiaceae, Avicenniaceae, Meliaceae, dan Rhizophoraceae.

 

Mangrove sendiri, memiliki fungsi dan manfaat yang banyak diantaranya sebagai tempat pemijahan ikan di perairan, pelindung daratan dari abrasi akibat ombak, pelindung daratan dari tiupan angin, penyaring intrusi air laut ke daratan dan kandungan logam berat yang berbahaya bagi kehidupan, tempat singgah migrasi burung, dan sebagai habitat satwa liar serta manfaat langsung lainnya bagi manusia. (graceywakary)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *