MANADO, 4 JANUARI 2022 — Salah satu aset transportasi, andalan yang menghubungkan Kota Bitung dan Kabupaten Minahasa Utara (Minut), yang ada di kawasan Likupang Timur (Liktim) — Girian, kemarin (3/1) longsor.
Hal ini membuat, para pengguna dari jalan yang masuk di kawasan ekonomi khusus (KEK) Pariwisata, dan masyarakat di area ini, mengaku masih takut melaluinya jika menggunakan kendaraan roda empat, sementara roda dua yang melintas kebanyakan memilih untuk tidak berdekatan dengan kawasan yang. Dugaan awal, dari longsor ini yang viral di media sosial, adalah akibat curah hujan yang cukup tinggi selama sepekan di Nyiur Melambai.
Namun hal ini mendapat sorotan tegas dari salah satu aktivis lingkungan di Sulut, Jull Takaliuang. “Jangan bicara alam, atau menyalahkan alam karena hujan yang terjadi terus menerus. Semua ini, penyebabnya adalah ulah manusia yang rakus, mengeksploitasi alam secara massif dan membabi buta. Merusak ciptaan Tuhan yang indah,” ungkapnya, sambil menyebut area tersebut juga menjadi area ekploitasi dari perusahaan tambang emas yang memang telah beroperasi lama disana. Wanita, yang pernah mendapat penghargaan dari United Nation atau PBB, karena kontribusinya pada lingkungan, meminta agar perusahaan tambang tidak lepas tangan.
Wakil rakyat, untuk daerah pemilihan Minut yang kini duduk sebagai anggota DPRD Sulut, Henry Walukow juga angkat suara serta menyebut akan segera turun lapangan dan melihat langsung rusaknya jalan penghubung utama ini. “Bisa saja karena cuaca dan bisa saja karena ada aktivitas perusahaan, namun saya akan segera melihat langsung kesana,” terangnya.
Sementara itu, perusahaan tambang yang ada di kawasan longsor ini, adalah PT Meares Soputan Mining dan PT Tambang Tondano Nusajaya (TTN). Dan melalui Deputy Manager External Relation/Juru Bicara MSM dan TTN, Hery Rumondor, perusahaan terus berkoordinasi dengan pemerintah untuk penanganan. “Saat ini perusahaan fokus pada penanganan akses jalan agar tidak menghambat aktifitas masyarakat,” jelas Rumondor. (graceywakary)