JAKARTA, 6 September 2021 – PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT), kini dikenal sebagai salah satu pemain kunci dari industry bahan baku pembuatan pupuk urea alias amoniak, sekaligus sebagai solusi kimia bagi industri lainnya seperti tekstil, pertambangan, dan farmasi.
Dari sisi peta pasar, saat ini wilayah Asia Pasifik masih menjadi pasar terbesar untuk amoniak, dengan volume share permintaan sebanyak 54% secara global. Amoniak yang berasal dari PKT memiliki harga yang kompetitif sehingga masih terus diminati oleh pembeli khususnya di wilayah Far East.
“Kami melihat, bahwa tren permintaan amoniak secara global akan terus meningkat, seiring dengan banyaknya kajian yang tengah dilakukan untuk menjadikan amoniak sebagai bahan bakar alternatif di masa depan yang rendah emisi. Sebagai bahan dasar pembuatan pupuk urea, amoniak menjadi sebuah komoditas terpenting yang diproduksi dalam jumlah masif oleh perusahaan petrokimia seperti PKT,” kata Direktur Utama PKT Rahmad Pribadi, seperti yang dikutip MANADONES dalam rilis PKT yang dikirimkan oleh Humas PKT melalui artemis Indonesia, sore tadi.

Dia juga menyebut, dari data internal, produksi amoniak PKT telah mencapai 2.82 juta ton sepanjang 2020, atau meningkat 3.89% dibanding jumlah produksi 2019. Kapasitas produksi ini juga diproyeksikan akan terus meningkat, seiring dengan antisipasi meningkatnya permintaan pasar global untuk amoniak.
Tidak hanya itu saja, dia juga dalam rilis merangkan tentang tiga hal yang membuat amoniak menjadi komoditas yang potensial kedepannya yaitu pertama, disinyalir dapat mengurangi gas emisi rumah kaca karena kandungan amoniak yang terdiri dari senyawa nitrogen dan hidrogen serta tidak mengandung karbon membuat pembakaran yang dihasilkan dari amoniak menjadi lebih ramah lingkungan karena tidak menghasilkan gas karbon dioksida. Pasar amoniak di sektor shipping kargo pun diprediksi akan bernilai lebih dari USD150 miliar pada tahun 2025. Hal ini juga sejalan dengan visi Organisasi Maritim Internasional (IMO) untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dari sektor pelayaran hingga setidaknya 50% pada tahun 2050.
Kedua, banyak diteliti sebagai alternatif bahan bakar pembangkit energy, ini dilihat dari pembangkit listrik terbesar Jepang JERA, salah satunya, sedang memulai program percontohan untuk menggunakan amoniak sebagai bahan bakar campuran bersama dengan batubara untuk pembangkit listrik. Hal ini untuk mengurangi emisi yang dikeluarkan pada pembangkit energi yang saat ini masih menggunakan batu bara.
Dan ketiga adalah pengembangan teknologi produksi amoniak. Dimana, seiring meningkatnya populasi global, permintaan amoniak juga diprediksi akan mencapai 350 juta metrik ton per tahun pada tahun 2050. Hal ini diharapkan bisa terjadi seiring dengan meningkatnya minat dalam penggunaan amoniak sebagai pembawa energi atau bahan bakar. PKT sendiri telah mengimplementasikan dan akan terus mengembangkan smart production untuk memproduksi amoniak secara berkelanjutan.
“Sebagai salah satu pemain kunci di komoditas amoniak, PKT berkomitmen untuk terus memenuhi kebutuhan amoniak di industri dalam negeri. Selain itu, dengan kapasitas dari lima pabrik amoniak milik perusahaan, dengan total produksi lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, juga semakin memperkuat kapabilitas perusahaan untuk menyasar target ekspor ke berbagai negara lainnya,” tambah dia lagi.
Melalui keunggulan dan dukungan kapasitas produksi tinggi, PKT berhasil memberikan capaian ekspor amoniak pada semester pertama tahun 2021 sebanyak 327 ribu metrik ton. Hal ini juga menjadi bukti bahwa produk amoniak hasil produksi dalam negeri memiliki daya saing tinggi dan diterima pasar internasional dengan sangat baik.
PKT sendiri, merupakan salah satu anak perusahaan BUMN Pupuk Indonesia (Persero) dan menjadi produsen pupuk urea terbesar di Indonesia. Kinerja Pupuk Kaltim telah diakui oleh berbagai instansi melalui berbagai penghargaan, seperti penghargaan The Most Trusted Companies pada ajang Indonesia Most Trusted Company 2020 dan Peringkat Emas Proper Nasional untuk keempat kalinya dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada tahun 2020. (graceywakary)