Stacking Stone Pantai Kohase Makalekuhe Wajah Baru Wisata di Sangihe

TAHUNA, 4 SEPTEMBER 2021 – Destinasi Wisata Stacking Stone yang ada di Pantai Kohase Makalekuhe, Tamako kini makin viral bagi para pecinta jalan jalan.

Area yang terletak di Kampung Makalekuhe, Kecamatan Tamako yang hanya satu jam dari kota Tahuna ini, tampil apik dengan mengkolaborasikan dua atraksi wisata yaitu wisata alam dan wisata alam buatan manusia.

Bacaan Lainnya

Dari pantauan MANADONES, wisatawan yang berkunjung akan dimanjakan dengan pesona alam pantainya yang memperlihatkan pemandangan tanjung Kampung Bebu dan tanjung Stacking Stone (batu berlapis) dari Kampung Makalekuhe dengan menyewa perahu yang tersedia.

Pesona pantainya juga menarik dan menawan .

Pengunjung juga bisa menikmati duduk bersantai di bebatuan datar yang telah di susun rapi oleh masyarakat setempat sekaligus menikmati warna warni batu-batu berlapis yang di cat untuk dijadikan spot foto para pengunjung Stacking Stone Pantai Kohase Makalekuhe. “Kedepannya kami akan mengadakan rapat dengan Majelis tua tua kampung (MTK) dan tokoh-tokoh masyarakat kampung Makalekuhe untuk membahas terkait dengan pengembangan tempat wisata di kampung kami ini (Makalekuhe-red),” kata Pejabat Kapitalaung Kampung Makalekuhe Demas Siliwir didampingi oleh Sekretaris kampung (Sekkam) Makalekuhe Julens makawangung.

Dia kemudian menjelaskan juga tentang  cat warna warni yang digunakan pada kawasan ini, sembari menerangkan bahwa tempat wisata alam yang memiliki situs sejarah dan budaya memang yang harus di jaga dan di lestarikan. “Kami sebagai pemerintah kampung sangat mengapresiasi hal positif yang di lakukan oleh anak muda di kampung Makalekuhe yakni mewarnai batu batu berlapis untuk di jadikan spot foto di tempat wisata kami. Dan, apapun itu saya tetap akan mendukungnya. Untuk batu yang di gunakan sebagai material penutup kubur/makam di jaman dahulu, disini (pantai kohase-red) itu sangat  banyak. Bahkan ada di seluruh tanjung pantai Makalekuhe,” sebut Siliwir.

Sementara itu, hal senada juga di sampaikan kepala bidang destinasi Dinas Pariwisata kabupaten kepulauan Sangihe, Yully Samalari menurutnya terkait dengan adanya pro kontra tentang situs sejarah dan wisata alam yang di warna warnai itu dikarenakan semua orang punya pandangan yang berbeda. “Saya melihatnya dikarenakan perspektif yang berbeda, ada yang merasa alami itu indah, kesannya yang natural lebih menarik. Tetapi kita juga tidak bisa menyalahkan orang yang berpandangan bahwa ketika itu di warnai maka akan juga menjadi indah. Maka marilah saling melihat dari perspektif masing-masing jangan saling menyalahkan selama itu tidak ada yang dirusak,” jelas Samalari yang juga menambahkan kalau kolaborasi bisa di buat kenapa kita harus saling menyalahkan, yang alami ada dan yang berwarna juga ada. (Ryansengala)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *